Kajian Ahad Pagi Masji Al-Hikmah Cepu tanggal 7 Juli 2024 dengan pemateri Dr. ENI WINARYATI, M.Pd. dari PWA Jawa Tenggah. Beliau membahas terkait tentang BAHAYANYA HIV AIDS.
AIDS, tentu bukanlah hal yang baru di kalangan masyarakat kita. Hari ini, kita bahkan hidup berdampingan dengan mereka (ODHA). Namun ada sebuah problematik yang patut ditelaah secara mendalam, baik itu keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Terlebih ketika mengamati data dan juga fakta di lapangan. Yang mana, angka penderita HIV AIDS di kalangan pemuda dan pelajar pun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bukan tak mungkin, sepuluh atau dua puluh tahun mendatang akan sangat berpengaruh bagi pembangunan negara.
Untuk itu penulis ingin mengajak semua pihak terkait di atas, agar lebih peduli dengan menganalisis sejauh apa peran yang harus dilakukan baik itu keluarga, masyarakat, maupun negara dalam menanggulangi penyakit tersebut hingga ke akar-akarnya.
HIV AIDS Menyasar Pemuda
Sebagaimana diketahui bersama bahwa, fenomena yang ditampakkan dari kasus penularan HIV AIDS ini bagaikan gunung es. Itu artinya yang tidak terdata bisa lebih banyak lagi dibanding yang telah terdata. Maka sudah barang tentu, hal ini akan berdampak pula bagi permasalahan lainnya termasuk masa depan generasi muda.
Sebuah fakta yang cukup mencengangkan adalah, mengetahui bahwa Papua merupakan provinsi dengan angka tertinggi kasus HIV AIDS. Meski Papua Barat nampak adem ayem, atau angka penyebaran HIV AIDS yang ditampakkan tidak sebanding dengan provinsi kakaknya yaitu Papua, akan tetapi itu bukan berarti kita baik-baik saja. Sebab bisa jadi angka yang tidak nampak lebih besar lagi dengan kenyataan di lapangan.
Terlebih lagi, melihat pergaulan yang terjadi di kalangan pemuda hari ini. Dimulai dari budaya hedonisme, hurahura, pacaran, narkoba/miras, hingga seks bebas. Yang sudah barang tentu menjadi perhatian bersama, terutama pihak orang tua/keluarga, lingkungan pendidikan, dan negara.
Butuh Kekuatan Iman dan Takwa
Pemerintah daerah telah menggalakkan sejumlah strategi, guna mengatasi permasalahan HIV AIDS. Akan tetapi sebagai manusia, yang juga merupakan hamba Allah Subhanahu wa taala, tentunya kita pun wajib berbenah diri. Sebab tiadalah kita diciptakan di atas dunia ini kecuali, untuk tunduk patuh pada seluruh aturan-Nya.
mungkin ada diantaranya adalah sebagai orang tua, agar dapat mendidik putra-putri kita dengan pemahaman agama (Islam) yang baik. Didiklah anakanak kita dengan dasar tauhid yang kokoh, ajarkan kepada mereka tentang batas-batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Sebab dalam kitab suci disampaikan bahwa, janganlah seseorang itu mendekati zina (pacaran). Apalagi perempuan adalah tonggak sebuah peradaban, sehingga ada sebuah kalimat bijak mengatakan ”jika ingin memperbaiki sebuah peradaban maka, perbaiki dahulu kaum perempuannya!”
Ajarkan kepada anak-anak gadis kita untuk senantiasa mengenakan hijab (jilbab dan kerudung/khimar) secara sempurna. Bukan hanya menutup kepala tapi pakaiannya masih ketat dan juga tipis. Sebab ada ketentuan bagaimana seharusnya seorang muslimah berpakaian yang benar sesuai aturan Allah taala.
Kemudian kepada anak lelaki kita, hendaklah dididik agar kelak menjadi laki-laki yang bertanggungjawab, amanah, menghargai orang lain, serta belajar untuk menjadi pemimpin yang baik dalam keluarga maupun masyarakat. Mengajarkan pula cara berinteraksi dengan lawan jenis, untuk senantiasa menahan pandangan serta menjaga kemaluannya. Ingatlah bahwa meski kedua orang tua tidak melihat, akan tetapi Allah Subhanahu wa taala punya CCTV yang terus-menerus mengawasi selama 24 jam, ada malaikat pencatat amal perbuatan dan dosa yang senantiasa membersamai.
Adapun kita sebagai seorang ibu, yang juga merupakan pendidik pertama bagi anak-anaknya, agar senantiasa memperkaya diri dengan pemahaman agama. Pun bagi seorang ayah yang juga adalah sebagai pemimpin dalam keluarga, agar terus menerus menjaga keluarganya terhindar dari bahaya api neraka. Sebab keluarga adalah tempat pertama dan utama seorang anak dibina dengan Islam, sehingga kelak jika berinteraksi di tengah masyarakat, setidaknya anakanak kita telah ter-mainset dengan baik apa-apa yang boleh dilakukan dan apa-apa yang terlarang dalam agama.
0 comentários:
Post a Comment